Du Anyam Ajak 500 Ibu-Ibu Di Pulau Solor Mengikuti Kegiatan Menganyam Bersama
REINHA.com – Sebanyak 500 ibu-ibu dari 25 Desa di pulau Solor mengikuti kegiatan menganyam bersama di Desa Lewonama, Kecamatan Solor Barat, Senin (01/09/2025). Kegiatan menganyam bersama ini dalam rangka merayakan semangat menganyam perempuan dan Ulang Tahun Du Anyam Ke-10.
Program Manager Yayasan Karya Du Anyam, Davit Manalu mengatakan budaya anyam yang semakin menurun melatarbelakangi kegiatan menganyam bersama di Desa Lewonama, dimana melestarikan budaya tidak hanya dengan kegiatan edukasi, sosialisasi, tetapi juga melalui Du Anyam sebuah wirausaha sosial yang memberdayakan perempuan memproduski produk anyaman menciptakan akses pasar sehingga anyaman terus aktif dan pelakunya juga tetap lestari.
(Video: 500 Ibu-Ibu Di Pulau Solor Mengikuti Kegiatan Menganyam Bersama)
Co Founder Du Anyam, Melia Winata mengatakan Du Anyam berdiri pada tahun 2014 dimana pada saat itu Du Anyam ingin mengatasi masalah sosial ekonomi dibalik masalah kesehatan gizi buruk dan juga angka kematian yang cukup tinggi di daerah NTT. Dari sana Du Anyam kemudian melihat bahwa salah satu penyebab dari problem kesehatan tersebut adalah pemenuhan gizi dimana mayoritas masyarakat hidupnya tergantung pada alam dengan pendapatan tidak menentu dan tidak ada alternatif pekerjaan lain selain berladang dan nelayan.
Sejarah Berdirinya Du Anyam
Du Anyam berdiri pada tahun 2014 di Flores Timur, NTT, berangkat dari masalah sosial ekonomi masyarakat di desa yang berdampak langsung pada kesehatan gizi, keberlanjutan pendidikan, dan kesejahteraan keluarga. Du Anyam melihat Tradisi menganyam daun lontar sebagai solusi peningkatan ekonomi lokal yang bisa membuka peluang untuk meningkatkan ekonomi.
Perjalanan yang dimulai bersama 8 mama penganyam di 1 desa, kini telah berkembang menjadi lebih dari 1.600 perempuan di 54 desa di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan. Mereka tidak hanya menghasilkan karya, tetapi juga bertumbuh bersama Du Anyam dalam sebuah gerakan pemberdayaan yang semakin meluas.
Para mama penganyam kini memiliki pendapatan yang lebih stabil, anak-anak mereka dapat
melanjutkan pendidikan, bahkan beberapa di antara mereka berani mengambil peran sebagai
pemimpin komunitas. Perubahan ini menjadi bukti bahwa pemberdayaan perempuan adalah
fondasi penting dalam membangun masa depan yang lebih sejahtera.
Du Anyam Ciptakan Inovasi
Bagi Du Anyam Inovasi adalah kunci agar budaya tetap relevan dengan perkembangan zaman. Itulah mengapa tahun ini, melalui dukungan Dana Indonesiana, Du Anyam kemudian mengembangkan produk anyaman dengan motif Burung Punai dan Bunga Lotus. Burung Punai, burung endemik NTT yang hidup berkelompok, melambangkan kebersamaan dan harmoni, merepresentasikan cara komunitas penganyam saling mendukung dan menjaga budaya. Sedangkan Bunga Lotus melambangkan ketangguhan tumbuh indah meski dari lumpur, seperti mama penganyam dengan resiliensi/ ketahanannya nan anggun dalam menghadapi banyak tantangan.
Sementara, bagi Du Anyam, inovasi desain produk ini menunjukkan bahwa tradisi budaya lokal bisa adaptif, dan menjadi kekuatan ekonomi. Selain itu, para penganyam perempuan di desa juga bisa tumbuh menjadi aktor utama dalam ekonomi kreatif Indonesia.
Inovasi produk akan selalu menjadi bagian dari perjalanan Du Anyam untuk membawa anyaman karya lokal ke panggung yang lebih luas. Namun usaha ini tidak dapat berjalan sendiri. Hanya dengan gerakan kolektif melibatkan komunitas, mitra, dan konsumen anyaman dari pelosok desa dapat terus hidup, berdaya saing, dan bergema hingga ke dunia.
10 Tahun Du Anyam: Ketika Anyaman Perempuan dari Ujung Timur Indonesia Menggema ke Dunia
Sepuluh tahun lalu, Du Anyam lahir di Flores Timur bersama delapan mama penganyam yang memulai perjalanan ini melalui tradisi lontar warisan budaya yang hidup di tengah masyarakat. Dari langkah kecil itu, kini telah tumbuh menjadi gerakan yang melibatkan lebih dari 1.600 perempuan penganyam dari 54 desa di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan.
Melalui anyaman, lahirlah cerita tentang ketahanan, solidaritas, dan inovasi. Dari karya yang dahulu lebih sering digunakan di lingkungan sendiri, kini berkembang menjadi produk yang hadir di pasar nasional, dikenal di panggung internasional, sekaligus menjadi wujud nyata pemberdayaan perempuan di pelosok Indonesia.
Lebih dari Anyaman: Tradisi, Inovasi, dan Ketahanan
Du Anyam lahir dari keyakinan bahwa tradisi adalah akar yang memberi kehidupan. Anyaman lontar, warisan turun-temurun dari Flores Timur, bukan sekadar kerajinan, melainkan bagian dari identitas dan keseharian masyarakat desa. Dari sanalah langkah pertama dimulai—menjaga nilai budaya tetap hidup sekaligus membuka ruang bagi desain dan motif anyaman baru yang tetap berakar pada kearifan lokal.
Dengan cara ini anyaman akan menjadi terus relevan, berkembang, dan memberi manfaat nyata bagi generasi hari ini. Sepanjang satu dekade, perjalanan Du Anyam ini melahirkan ribuan kisah perubahan: perempuan yang kini memimpin kelompok, berperan dalam ketahanan ekonomi keluarga, hingga anak-anak yang dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Melalui kegiatan menganyam bersama, tradisi ini terus dikenalkan dengan desain dan motif baru yang menegaskan bahwa anyaman adalah budaya yang dinamis, adaptif, dan selalu menemukan ruangnya di setiap zaman.
Kegiatan Menganyam Bersama (KMB) 2025: Anyaman,Perempuan, dan Satu Dekade Gerakan
Puncak perayaan 10 tahun ini diwujudkan melalui Kegiatan Menganyam Bersama (KMB) 2025 di Lapangan Pamakayo, Desa Lewonama, Solor Barat, Flores Timur. 410 perempuan penganyam akan duduk bersama, menganyam secara serentak sebuah aksi budaya yang menandai perjalanan kolektif Du Anyam selama satu dekade terakhir. Kegiatan Menganyam Bersama 2025 menjadi ajang untuk menegaskan bahwa:
● Tradisi dan Inovasi: dari teknik klasik hingga motif baru, dari fungsi sehari-hari hingga desain kontemporer yang memperluas makna anyaman.
● Pelestarian Budaya: menjaga warisan anyaman lontar agar tetap hidup, dikenal, dan diteruskan lintas generasi.
● Inovasi Produk ke Ranah Global: karya lokal anyaman menjadi sumber inspirasi bagi karya yang kini hadir di pasar internasional, membuktikan bahwa budaya lokal memiliki tempat dalam percakapan desain dunia.
Dalam kesempatan ini, Du Anyam memperkenalkan inovasi motif produk anyaman terbaru, yaitu Bunga Lotus dan Burung Punai. Motif Bunga Lotus melambangkan keteguhan dan harapan yang mampu tumbuh indah meski dari keterbatasan. Sementara motif Burung Punai merepresentasikan harmoni dan persaudaraan nilai yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Flores Timur.
“Sepuluh tahun perjalanan ini menunjukkan bagaimana inovasi bisa lahir dari akar budaya. Dari tangan-tangan perempuan desa, anyaman lontar kini berkembang menjadi produk kreatif yang mampu bersaing di pasar internasional, tanpa kehilangan makna dan jati dirinya,” ujar Melia Winata, CEO & Co-Founder Du Anyam.
10 Tahun: Tonggak, Bukan Titik Akhir
Satu dekade ini bukanlah garis akhir, melainkan sebuah tonggak awal untuk langkah yang lebih jauh. Perjalanan Du Anyam baru saja dimulai: memberdayakan lebih banyak perempuan, menjangkau desa-desa baru di pelosok Indonesia, dan membawa suara tradisi budaya lokal ke panggung global.
“Tantangan selalu ada: menjaga standar kualitas agar bisa membuka akses pasar yang berkelanjutan, berinovasi supaya produk tetap relevan dengan kebutuhan dunia, dan memastikan bahwa anyaman tetap berlanjut dan bisa menggugah generasi selanjutnya untuk tetap melestarikan tradisi. Tetapi kami percaya, dari setiap tantangan akan lahir kekuatan. Dari setiap kesulitan akan lahir peluang. Dan dari setiap helai lontar yang kita anyam bersama, akan lahir harapan baru.” tutup Melia.
Tentang Du Anyam
Didirikan pada tahun 2014, Du Anyam adalah kewirausahaan sosial yang memberdayakan perempuan di pedesaan Indonesia melalui tradisi anyaman lontar, sebuah warisan budaya Nusa Tenggara Timur yang dihidupkan kembali dengan desain kontemporer.
Nama “Du Anyam” berasal dari kata Du’a (ibu) dan Anyam (anyaman). Lahir sebagai respons terhadap tantangan gizi ibu-anak dan masalah sosial ekonomi di Nusa Tenggara Timur, Du Anyam kini berkembang menjadi ekosistem kreatif yang menyatukan pelestarian budaya dengan ketahanan ekonomi desa.
Hingga kini, lebih dari 1.600 perempuan di 54 desa di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan telah diberdayakan melalui produk berbasis anyaman, mulai dari souvenir perusahaan, amenities hotel, hingga dekorasi rumah.
Du Anyam berpegang pada tiga pilar utama: Memberdayakan Perempuan, Mempromosikan Budaya, dan Meningkatkan Kesejahteraan. Setiap produk tidak hanya membawa fungsi, tetapi juga kisah tentang ketahanan, kolaborasi, dan solidaritas. **(JMW)
# Du Anyam Ajak 500 Ibu-Ibu Di Pulau Solor Mengikuti Kegiatan Menganyam Bersama
Lifestyle
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.