Apa yang ada di pikiranmu ketika mendengar kata Bali? Mungkin saja, kamu langsung terbayang pantai yang ramai dipenuhi turis dan club kekinian. Namun, ada sisi lain Bali yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang, contohnya di Desa Tenganan.
Meski begitu, para penduduk Desa Tenganan Bali ini sebenarnya mengetahui perkembangan yang ada di dunia luar dengan baik, lho. Selain itu, masih banyak lagi keunikan dari Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali yang menarik untuk disimak. Yuk, langsung scroll aja sampai habis!
Lokasi Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali
Photo: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Official Website
Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini berlokasi di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali Timur. Desa wisata satu ini berjarak 65 km dari kota Denpasar atau sekitar 1 jam 45 menit dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.
Rute dan akses menuju Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini pun terbilang cukup mudah, loh. Kamu hanya perlu mengikuti petunjuk arah yang ada di jalan untuk bisa sampai ke desa wisata kuno satu ini. Selain itu, aksesnya juga memungkinkan banget untuk dilewati oleh setiap kendaraan, baik roda dua, roda empat, maupun bus.
Jam Buka dan HTM Desa Wisata Tenganan
Untuk bisa menikmati keindahan Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini, kamu harus membayar tiket masuk sejumlah Rp25.000 (dewasa) atau Rp15.000 (anak umur 5-10 tahun). Jika membawa kendaraan, ada tambahan biaya parkir sebesar Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk kendaraan roda empat atau lebih.
Oiya, kamu bisa datang kapan saja karena desa wisata adat yang satu ini buka setiap hari untuk para wisatawan pada pukul 07.00-18.00 WITA. Namun, kamu lebih disarankan datang pada pagi hari sebelum pukul 11.00 WITA kalau kamu pengen menikmati suasana yang lebih tenang dan udara sejuk.
Keunikan Budaya Desa Tenganan Pegringsingan
1. Tidak Merayakan Hari Raya Nyepi, Tidak Ada Penjor Galungan, dan Tidak Ada Upacara Ngaben
Keunikan dari Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini salah satunya adalah fakta bahwa warga desa yang satu ini tidak merayakan Hari Raya Nyepi seperti mayoritas umat Hindu Bali pada umumnya. Meski begitu, mereka tetap menghormati umat Hindu lainnya yang sedang merayakan Hari Raya Nyepi dengan cara membatasi aktivitas ke luar desa.
Selain itu, di desa ini juga tidak ada warga yang memasang penjor pada saat perayaan Hari Raya Galungan. Sebab, hari besar bagi mereka adalah Aci Sambah, bukan Hari Raya Galungan.
Tak hanya itu, penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini pun tidak menggelar upacara Ngaben jika ada warganya yang meninggal. Alih-alih dikremasi, jenazah warga desa ini justru akan langsung dikuburkan sesegera mungkin.
2. Tidak Mengenal Kasta
Photo: El Jusuf via Pexels
Tidak seperti masyarakat Bali pada umumnya, penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini pun tidak mengenal kasta, seperti gelar-gelar Anak Agung, Cokorda, Ida Bagus, I Gusti, Dewa dan lainnya. Ini dikarenakan pada zaman dahulu desa ini tidak terpengaruh oleh budaya luar, contohnya Majapahit.
Selain tentang kasta, kedudukan laki-laki dan perempuan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini pun sama haknya sebagai ahli waris. Sebab, desa wisata satu ini tidak memandang gender, selama tetap memegang teguh seluruh adat dan norma, dan tidak pergi meninggalkan desa untuk melakukan pernikahan.
3. Desa Tenganan Memiliki Kalender Sendiri
Jika para umat Hindu di Bali menggunakan kalender Masehi dan kalender Isaka sebagai acuan untuk menentukan hari baik atau kapan jatuhnya hari upacara keagamaan, maka berbeda dengan penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali.
Di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, para penduduknya menggunakan kalender yang dikenal dengan nama Sasih Sambah. Pada kalender Sasih Sambah, Sasih (Bulan) dari tahun Isaka akan dikelompokkan menjadi 3 bagian tahun, yakni Tahun I Sambah Biasa (360 hari), Tahun II Sambah Biasa (352 hari), dan Tahun III Sambah Muran (383 Hari).
4. Membangun Rumah Harus Sesuai Aturan Desa
Photo: Yousef Salah via Pexels
Di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, para penduduk tidak bisa sembarangan membangun rumah sesuka hati. Mereka harus menaati aturan desa atau awig-awig, sebab tanah tempat rumah mereka adalah hak milik desa.
Rumah yang dibangun di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini biasanya memiliki luas, bentuk bangunan, hingga struktur bangunan yang hampir sama satu sama lain. Peraturannya, harus ada “bale tengah” di pekarangan, yang di bagian atasnya dibuat lumbung padi atau jineng. Lalu terdapat “bale beten” yang dibangun di sebelah Selatan rumah, dan juga ada dapur serta toilet di sisi Barat.
5. Aturan Menebang Kayu
Tahukah kamu kalau para penduduk desa pun tidak boleh sembarangan menebang kayu? Menurut adat yang berlaku, hanya kayu yang dinyatakan bahwa 3/4 bagiannya sudah mati yang bisa ditebang.
Proses penebangan tersebut pun harus disetujui terlebih dahulu oleh tetua adat, dan disaksikan oleh 5 orang saksi untuk memastikan bahwa kayu tersebut memang sudah layak ditebang. Keunikan budaya yang satu inilah yang membuat lingkungan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali tetap asri dan terjaga kelestariannya.
6. Kerajinan Khas Kain Gringsing
Layaknya desa wisata lainnya, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali pun memiliki kerajinan khasnya sendiri, yakni kain tenun Gringsing. Nggak heran jika nama desa ini kemudian diberi nama desa Pegringsingan, ya?
Kain tenun tradisional hasil tangan warga Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini dibuat dengan teknik yang khas dan hanya ada satu-satunya di Indonesia, yakni teknik double ikat. Teknik ini pun telah mulai langka untuk dilakukan.
Demi memperoleh hasil terbaik, proses yang harus dilalui pun memang cukup rumit dan memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai tahunan, loh! Karena hal inilah, kain tenun Gringsing khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini sangat populer, bahkan hingga ke mancanegara.
7. Tradisi Perang Pandan Desa Tenganan Karangasem
Selain kain tenun Gringsing yang begitu unik dan populer, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali juga memiliki sebuah tradisi unik yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan, yaitu tradisi Mekare-kare/Mageret Pandan atau dikenal juga dengan sebutan Perang Pandan.
Tradisi Perang Pandan merupakan sebuah ritual dimana sepasang pemuda desa akan saling sayat dengan menggunakan duri-duri dari daun pandan sehingga meninggalkan luka di punggung mereka. Luka tersebut kemudian akan diobati dengan menggunakan obat tradisional antiseptik dari bahan umbi-umbian.
Obat tradisional tersebut akan membuat luka-lukanya terasa sangat perih sebelum mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Bukan tanpa alasan, tradisi Perang Pandan ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih fisik dan mental para pemuda desa.
Tradisi unik khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini biasanya dilakukan setahun sekali di antara bulan Juni atau Juli. Banyak sekali wisatawan yang menanti-nantikan tradisi ini, dan juga para fotografer yang datang untuk meliput.
Fasilitas di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali
Terdapat pula beragam fasilitas yang akan membuatmu semakin nyaman berwisata ke Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini. Fasilitas tersebut di antaranya seperti tempat istirahat yang sejuk dan nyaman, tempat parkir memadai, warung makan dengan menu-menu yang lezat, kios oleh-oleh, serta kamar mandi umum.
Selain itu, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini juga menyediakan fasilitas rumah untuk bermalam bagi kamu yang ingin menginap dan menyaksikan kegiatan-kegiatan yang ada di desa wisata ini.

Aktivitas yang Bisa Kamu Lakukan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali
Bagi kamu yang masih bingung dan belum punya bayangan mau melakukan kegiatan apa di desa wisata hidden gem ini, Bobobox punya beberapa rekomendasi aktivitas seru yang bisa kamu lakukan saat berkunjung ke Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali.
Yang pertama tentu saja kamu bisa berkeliling dan menikmati segala keindahan pemandangan yang asri, budaya dan tradisi yang unik, serta tak lupa berfoto di spot-spot foto yang instagramable seperti di rumah adat yang sangat unik dan cantik.
Selain melihat-lihat keindahan di dalam desa wisata ini, kamu juga bisa trekking menaiki puncak bukit yang ada di dekat Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini dan menikmati pemandangan dari atas bukit. Dan jangan lupa untuk membeli beberapa souvenir kerajinan tangan khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, seperti anyaman bambu, ukiran, lukisan tangan, serta beberapa aksesoris.
Tips Berkunjung ke Desa Tenganan Bali
1. Kenakan Pakaian yang Sopan
Hal pertama yang wajib kamu perhatikan saat mengunjungi Desa Tenganan adalah cara berpakaian. Meskipun cuaca Bali panas, usahakan tetap mengenakan pakaian yang sopan. Nggak perlu terlalu formal, tapi hindari baju yang terlalu terbuka. Kaos berlengan, celana panjang, atau kain sarung sederhana sudah cukup menunjukkan rasa hormat.
2. Berinteraksi dengan Warga Lokal
Saat berkunjung ke Desa Tenganan Bali, jangan lewatkan kesempatan untuk ngobrol langsung dengan warganya. Pastikan kamu berbicara dengan nada sopan dan penuh rasa ingin tahu karena warga akan dengan senang hati bercerita kalau mereka merasa dihargai.
Mereka terkenal ramah, tapi juga sangat menjaga adat dan tata krama. Jadi, jangan ragu untuk menyapa atau bertanya hal-hal ringan, misalnya soal kehidupan sehari-hari, proses pembuatan kain Gringsing, atau sejarah desa mereka. Kalau kamu beruntung, kamu bisa melihat langsung para pengrajin bekerja dan belajar sedikit tentang teknik tenunnya.
3. Hormati Adat Setempat
Desa Tenganan masih menjalankan sistem adat yang sangat ketat. Ada aturan-aturan tertentu yang mungkin terdengar asing bagi pengunjung dari luar. Misalnya, ada area tertentu yang hanya boleh dimasuki oleh warga desa atau hanya terbuka saat upacara adat tertentu.
Kalau kamu melihat papan larangan atau warga memberi isyarat untuk tidak melangkah ke suatu tempat, ikuti saja tanpa membantah. Sikap hormat seperti ini menunjukkan bahwa kamu menghargai kearifan lokal mereka. Selain itu, jangan heran kalau ada kegiatan adat yang membuat jalanan ditutup sementara
4. Minta Izin Sebelum Foto
Zaman sekarang, hampir semua orang pastinya ingin mengabadikan momen di tempat wisata. Namun, di Desa Tenganan Bali, etika memotret itu penting banget. Bagi warga desa, beberapa kegiatan ritual bersifat sakral dan tidak boleh diabadikan sembarangan. Jangan asal ambil gambar, terutama kalau kamu ingin memotret warga atau kegiatan adat.
Alangkah baiknya kamu minta izin dulu dengan sopan. Kamu bisa bilang dengan senyum, “Boleh saya foto, Bapak/Ibu?” Biasanya mereka akan dengan senang hati mengizinkan, bahkan mungkin ikut berpose. Namun, kalau mereka menolak, jangan memaksa, ya.
5. Jangan Asal Memetik Tanaman
Mungkin kamu akan tergoda melihat kebun hijau atau tanaman bunga yang tumbuh rapi di sekitar rumah warga. Tapi, di Desa Tenganan, setiap tanaman punya nilai tersendiri. Ada yang digunakan untuk upacara, dan ada juga yang ditanam karena simbol tertentu dalam adat mereka.
Memetik atau mengambil tanaman tanpa izin bisa dianggap tidak sopan, bahkan menyinggung warga setempat. Kalau kamu penasaran, kamu bisa tanya saja ke pemiliknya. Biasanya mereka akan menjelaskan dengan senang hati tentang jenis tanaman itu dan fungsinya dalam budaya mereka.
6. Gunakan Kendaraan Pribadi untuk Berkunjung
Akses menuju Desa Wisata Tenganan memang agak terbatas. Transportasi umum belum terlalu menjangkau daerah ini, jadi pilihan terbaik adalah menggunakan kendaraan pribadi. Kalau kamu datang dari Denpasar atau Ubud, waktu tempuhnya sekitar 1-2 jam perjalanan dengan mobil.
Kalau kamu nggak punya kendaraan sendiri, tenang saja. Sebab, sekarang sudah ada banyak tempat sewa mobil di Bali yang bisa kamu manfaatkan, lengkap dengan sopir yang tahu rute dan kondisi jalan.
Dengan kendaraan pribadi, kamu bisa lebih leluasa menjelajah sekitar Karangasem juga, termasuk Pantai Candidasa yang lokasinya nggak terlalu jauh dari Desa Tenganan Bali. Selain itu, kamu juga bisa berhenti di spot-spot cantik sepanjang jalan tanpa terburu-buru.
Rekomendasi Penginapan Terdekat dari Desa Tenganan Bali
Photo: Bobobox Internal Asset
Cari penginapan yang gampang dijangkau dari Desa Tenganan? Kamu bisa pilih Bobocabin Ubud yang jaraknya 1 jam 47 menit perjalanan menuju desa tersebut! Wisata juga lebih praktis karena di sini, kamu juga bisa menggunakan fasilitas sewa mobil lepas kunci atau dengan driver.
Di Bobocabin Ubud, kamu juga bisa menikmati waktu istirahat yang nyaman sekembalinya dari Desa Tenganan karena fasilitasnya lengkap banget. Misalnya, di dalam Cabin, kamu dapat mencoba rebahan sambil menikmati panorama sawah yang rindang dari Smart Window besar di sampingnya. Kalau kamu butuh privasi, cukup tap layar sentuh B-Pad untuk memburamkan kaca jendelanya.
Selain itu, dengan menghubungi Host, kamu juga bisa sewa berbagai perlengkapan seru yang akan mengisi waktu istirahatmu. Contohnya, ada kartu Uno, game Uno Stacko, kartu Tentang Kita, peralatan melukis, papan congklak, dan masih banyak lagi pilihannya.
Kamu tertarik mampir ke Desa Tenganan Bali dalam waktu dekat? Sebelum berangkat, jangan lupa pesan Cabin dulu di aplikasi Bobobox biar kamu dapat harga dan promo paling hemat!
Featured Photo: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Official Website
Lifestyle
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.